Wow, Menurut Ilmuwan Ini Penghapus adalah 'Instrumen Setan'

Discussion in 'Berita, Info dan Bacaan' started by AyoChat.Bots, Jul 29, 2016.

ShortURL:
  1. AyoChat.Bots

    AyoChat.Bots Team Ayochat Staff Member

    [​IMG]Kita mengenal penghapus / setip sebagai perlengkapan alat tulis yg diciptakan insinyur Inggris Edward Naime pada tahun 1770. Namun, seorang ilmuwan kognitif, sekaligus dosen tamu di Kings College London, Guy Claxton menyebutnya sebagai ‘an instrument of the devil‘. Instrumen setan.

    Claxton bahkan menyerukan agar eksistensi penghapus dari bahan karet diharamkan di kelas-kelas. Sontak pernyataannya itu memicu kontroversi. Apa salah sepotong penghapus?

    Seperti yg dikutip dari liputan6.com, Sang ilmuwan mengatakan, penghapus karet menciptakan sebuah ‘budaya’ menganggap kesalahan adalah hal yg tabu. Anak-anak merasa harus menanggung malu jika melakukan tindakan salah.

    “Itu (setip) adalah cara untuk membohongi dunia. Seakan mengatakan bahwa seseorang tak pernah melakukan kesalahan. Bahwa ia benar sejak awal,” kata dia seperti Liputan6.com kutip dari BBC Magazine.

    Menurut Claxton, adalah lebih baik untuk mengakui kesalahan, termasuk di lembaran soal ujian / ulangan para siswa. Sebab, dia menambahkan, itulah yg terjadi di dunia nyata. Bahwa manusia pasti melakukan kesalahan.

    Hal itu sekaligus akan menyingkirkan anggapan, nilai adalah yg paling penting, bukan proses.

    Claxton menambahkan, dengan menganggap kesalahan sebagai keniscayaan, bahkan teman juga guru. “Pada Abad ke-21 ini, semua orang akan menjadi desainer, arsitek, & kurator dari proses pembelajaran dirinya sendiri.”

    Penulis buku, ‘Educating Ruby’, itu menambahkan, “sekolah seharusnya bukan menjadi tempat untuk mendapatkan jawaban yg benar demi lulus tes. Namun, menjadi tempat yg menyiapkan anak didik mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan nyata.”

    .u56a3990643df760dec1e357f108889d0{padding:0px;margin:0;padding-top:1em!important;padding-bottom:1em!important;width:100%;display:block;font-weight:bold;background-color:#eaeaea;border:0!important;border-left:4px solid #c0392b!important;text-decoration:none}.u56a3990643df760dec1e357f108889d0:active,.u56a3990643df760dec1e357f108889d0:hover{opacity:1;transition:eek:pacity 250ms;webkit-transition:eek:pacity 250ms;text-decoration:none}.u56a3990643df760dec1e357f108889d0{transition:background-color 250ms;webkit-transition:background-color 250ms;opacity:1;transition:eek:pacity 250ms;webkit-transition:eek:pacity 250ms}.u56a3990643df760dec1e357f108889d0 .ctaText{font-weight:bold;color:inherit;text-decoration:none;font-size:16px}.u56a3990643df760dec1e357f108889d0 .postTitle{color:#141414;text-decoration:underline!important;font-size:16px}.u56a3990643df760dec1e357f108889d0:hover .postTitle{text-decoration:underline!important}
    Baca Juga: Menurut Hitungan Matematika, Alien Kemungkinan Sebesar Beruang

    Lantas, apakah penghapus harus dilarang di ruang kelas?

    Tak semua sepakat soal itu. “Saya berpendapat, pelarangan penghapus justru adalah tindakan kejam,” kata John Coe, juru bicara National Association for Primary Education (NAPE).

    “Namun, dalam beberapa kesempatan, penghapus memang sebaiknya tak digunakan,” kata Coe.

    Misalnya, dalam pelajaran matematika. “Saya ingin melihat bagaimana cara mereka mengerjakannya,” kata dia. Tak hanya bahwa jawaban salah / benar, melainkan prosesnya.

    Apalagi, fakta membuktikan, bejajar dari kesalahan adalah pembelajaran yg penting bagi anak-anak. “Pengamatan di titik mana anak melakukan kesalahan adalah hal yg penting dalam proses mengajar yg baik,” kata Coe. “Guru perlu mengamati upaya anak muridnya menyelesaikan sejumlah perintah.”

    Claxton berargumen, penghapus akan membuat anak-anak menyangkal telah melakukan kesalahan. Dan itu adalah indikasi kegagalan orangtua & lingkungan untuk mempersiapkan mereka ke dunia nyata.

    “Bagi anak-anak, mengakui kesalahan yg ia perbuat adalah sebuah langkah besar,” kata Dr Anthony Williams, ahli psikologi anak dari University of Sheffield. “Bahkan orang dewasa kerap menyangkal & tak mengakui kesalahannya.”

    Seandainya pelarangan penghapus seperti yg diusulkan Claxton dilakukan, apakah itu akan menyelesaikan masalah?

    “Kini, lebih banyak kelas menggunakan teknologi informasi (IT),” kata Williams. “Apakah kita juga harus menyingkirkan tombol ‘delete’? Bayangkan jika itu dilakukan.”

    Menurut dia, ‘Bahkan di dunia nyata, kita selalu membuat kesalahan kecil, merevisi, mengubah.”

    Republished by Blog Post Promoter

    Konten ini didapat dari internet. Tidak diketahui kebenarannyan 100%. Silahkan lakukan research lanjutan tentang bacaan ini.

    Enjoy!
ShortURL: